Jumat, 24 Desember 2010

sejarah kelicikan malaysia

Ternyata kelicikan Malaysia
emang dah dari dulu. Ini
artikelnya: Sumber: http://
prayitnoramelan.kompasiana.co...nger-
malaysia/ Mohon maaf kalo repost Kemarahan masyarakat
Indonesia terhadap Malaysia
yang menggunakan tari pendet
dalam sebuah iklan pariwisata
berimbas kemana-mana. Tari
Pendet diketahui muncul dalam sebuah iklan promosi yang
diproduksi rumah produksi KRU
Sdn Bhd. Rumah produksi itu
membuat enam film dokumenter
Enigmatic Malaysia yang
disiarkan di 23 negara di seluruh dunia. Pihak KRU
menegaskan, mereka memang
memproduksi program Enigmatic
Malaysia, tetapi iklan promosi
dibuat oleh Discovery Channel
yang bermarkas di Singapura. "Iklan promosi serial dokumenter
Enigmatic Malaysia bukan
dibuat kami tapi dibuat sendiri
oleh Discovery Channel," kata Presiden dan CEO Group KRU
Sdn Bhd Norman Abdul Halim di
KBRI Kuala Lumpur. Norman
selanjutnya mengatakan "Kami baru tahu bahwa ada protes dan
kemarahan rakyat Indonesia
atas promosi itu kemarin ketika
wartawan-wartawan Indonesia
menghubungi saya. Kami telah
menghubungi Discovery Channel kemudian mereka telah menarik
promosi itu dan menggantinya
dengan yang baru," kata Norman. Masalah menjadi serius dalam
kaitan hubungan dilomatik kedua
negara. Presiden SBY mengaku,
baru kali ini selama
pemerintahannya, merespons
secara langsung isu kebudayaan yang diklaim Malaysia. "Untuk pertama kalinya sejak lima tahun
ini saya beri pernyataan terkait
ini,"katanya. Menurut presiden, klaim kebudayaan milik
Indonesia oleh Malaysia, seperti
tari pendet, bukan merupakan
kejadian yang pertama kalinya.
"Dengan semangat, kita ingin
menjaga hubungan baik antara
Indonesia dan Malaysia,
berkaitan dengan isu tari pendet
yang menjadi bagian dari iklan
di Malaysia, ke depan Pemerintah Malaysia harus
memberikan atensi,memelihara
hubungan baik kita," ujar Presiden SBY dalam keterangan
persnya di Kantor Kepresidenan,
Jakarta Selasa (25/8). Menbudpar Jero Wacik
mengatakan, saat ini pihak
rumah produksi pembuat iklan
pariwisata Malaysia telah
mengirimkan surat permintaan
maaf secara tertulis. Namun, ujar dia, permintaan maaf yang
hanya melalui surat elektronik
itu tidak bisa diterima begitu
saja. "Saya sudah terima (permintaan maafnya) tapi saya
tidak mau terima. Saya mau
dengar dari pemerintahnya dulu. Nah, fakta diatas adalah kasus
dalam masalah budaya dan
pariwisata. Dimana Malaysia
kita pandang sebagai negara
yang sering berbuat seenaknya
kepada Indonesia. Istilah serumpun nampaknya tidak ada
artinya diantara kedua negara.
Sejarah pernah merekam sebuah
konfrontasi fisik militer kedua
negara. Hal ini kadang sulit
dihilangkan, bahkan Malaysia sering agak merendahkan
Indonesia, walau dibelakangnya
tetap ada rasa takut dan was-
was. Penulis pada saat masih
aktif bertugas selalu berhati-
hati pada bidang militer apabila berurusan dengan militer
Malaysia. Senyum manis dimuka
mereka belum tentu berarti
manis dan tulus dihati, inilah
sedikit pengalaman masa lalu. Penulis oada tahun 1992, saat
berpangkat perwira menengah
mendapat tugas dalam sebuah
Satuan Tugas Udara (Satgasud)
sebagai perwira intelijen dalam
Latihan Bersama antara TNI dengan Tentera Darat Malaysia.
Sebagai home base pasukan TNI
ditetapkan di Pangkalan TNI AU
Medan (Pangkalan Aju) dan
Pulada (Pusat Latihan Tempur
Tentera Darat Malaysia) di Johor Bahru. Saat geladi Posko,
personil Satgasud serta
Kelompok Komando Batalyon 328
Kostrad bersama Kelompok
Ranger Tentera Darat Malaysia
berkumpul bersama di Pulada. Dari TNI AD, pimpinan komando
dibawah kendali Letkol TNI
Prabowo Subijanto. Satgasud
dan Pokdo Kostrad mengikuti
briefing dan persiapan
penerjunan dan penyerangan di Pulada dari Kelompok Komando
Tentera Darat Malaysia.
Skenario latihan, Satgasud TNI
AU mendapat tugas untuk
menerjunkan batalyon 328
disebuah DZ (dropping zone) yang telah ditetapkan, dimana
Pasukan Ranger Malaysia juga
akan diterjunkan ditempat yang
sama dengan pesawat Tentera
Udara Diraja Malaysia. Setelah
mendarat maka kedua pasukan masing-masing bergerak menuju
kesasaran tertentu, bertanding
kecepatan untuk melakukan
penyerangan. Sasaran dikatakan
markas musuh yang diperkuat
dengan tank. Saat di Pulada, penulis yang
bertanggung jawab memberikan
informasi intelijen tentang DZ,
baik cuaca, medan, koordinat,
elevasi, arah angin, kondisi
serta panjang DZ, dan musuh, berdiskusi dengan Letkol
Prabowo dan staf intel batalyon.
Karena yang menentukan DZ
dari Malaysia, penulis sangat
mewaspadai dan ragu tentang
kondisi DZ yang mereka sebutkan panjangnya 4,5 km.
Prabowo juga agak
mengkhawatirkan, karena pihak
TNI sama-sama buta terhadap
kondisi DZ, tidak diijinkan
meninjau. Pesan Letkol Prabowo saat itu, mohon dalam
menerjunkan pasukan benar-
benar dihitung agar pasukannya
selamat dan tidak jatuh korban.
Jatuhnya korban dalam latihan
antar negara jelas akan mencemarkan nama baik. Pada hari H-1, Satgasud
bergeser ke Lanud Medan untuk
persiapan penerjunan. Pada
malam hari sekitar pukul 21.00
WIB sesuai skenario,
diberangkatkan satu tim Dalpur (Pengendali Tempur dari Den
Bravo, Paskhasau), dengan
pesawat F-27, diterjunkan ke DZ
di daerah Johor Bahru. Penulis
yang bertanggung jawab dalam
memberikan informasi DZ, menekankan kepada Dalpur agar
melaporkan DZ setelah
mendarat. Yang agak
dikhawatirkan adalah gagalnya
hubungan komunikasi.
Alhamdulillah komunikasi lancar, dari laporan Dalpur, ternyata
benar kecurigaan semula,
panjang DZ yang dikatakan
Kolat (komando Latihan)
Malaysia sepanjang 4,5 km
ternyata panjangnya hanya 1,5 km. Kemudian tidak pernah
disebutkan data adanya rawa-
rawa dimana terdapat potongan
pohon yang mirip tombak. Dari laporan intelijen tersebut,
di lakukan perubahan skenario
penerjunan. Penulis
menyarankan ke Dan Satgasud
agar pasukan tidak diterjunkan
dalam satu "run" (satu kali) tetapi disesuaikan dengan tanda tutup
penerjunan yang dipasang oleh
Dalpur. Karena ini latihan,
kesepakatan antara Satgas
kedua negara akan kita langgar
demi keselamatan pasukan. Toh ini bukan perang, pikir penulis
saat itu. Kalau kondisi
pertempuran sebenarnya, untuk
menghindari jatuhnya korban
pesawat tertembak senjata
penangkis serangan udara, tanpa kompromi penerjunan tetap
harus dilakukan dalam satu run.
Pada jam lima pagi hari, lima
Hercules TNI AU "airborne" dari Lanud Medan menuju ke DZ di
Johor, mengangkut pasukan
Yon-328. Penerjunan disaksikan
oleh Deputy Operasi Kasau di
sasaran. Pada saat penerjunan
pasukan, tiga Herky (Hercules) long body terpaksa menerjunkan
dalam tiga run, dua Herky dalam
dua run. Setelah pasukan
mendarat, Alhamdulillah,
Satgasud mendapat laporan
semua anggota yang diterjunkan selamat. Ternyata AU Malaysia
juga tidak melakukan penerjunan
dalam satu "run" seperti rencana saat geladi, mereka melakukan
dalam dua run. Dikisahkan, pasukan Yon-328
dalam menuju sasaran rutenya
berbeda dengan pasukan Ranger
Malaysia, pasukan kita
diarahkan rute sulit melalui
pegunungan, sementara Ranger medannya relatif rata. Yang
tidak mereka ketahui ternyata
digunung itu banyak penduduk
Indonesia asal Jawa, sehingga
mereka justru menjadi pandu
pasukan TNI. Akhirul cerita, pasukan TNI ternyata lebih
cepat sampai di sasaran dan
mampu menemukan dan
melumpuhkan Tank yang
ternyata juga dipendam. Itulah
keampuhan fisik anggota Yon-328 dan kerjasama dengan
penduduk. Keberhasilan penerjunan dan
penyerangan ternyata berbuntut
panjang, seluruh pejabat
Satgasud mendapat teguran
Deputy Operasi, karena
menerjunkan tidak sesuai dengan rencana semula. Kamipun
menjelaskan, AU Malaysia juga
menerjunkan tidak dengan satu
run. Dapat dibayangkan apabila
informasi terakhir dari Dalpur
tidak masuk, keputusan yang diambil Komandan Satgasud
salah, maka dua pertiga pasukan
kita diperkirakan akan jatuh
kedalam rawa bertombak tadi,
entah berapa korban akan jatuh
dari pasukan kebanggaan kita itu. Yang jelas dalam latposko,
tentera Malaysia itu tidak jujur,
menyembunyikan dan
menyesatkan data yang
sebenarnya. Alhamdulillah, Allah
Swt masih melindungi Satgasud dan anggota Yon-328. Nah, pelajaran apa yang didapat
dari kisah diatas?.
Kesimpulannya adalah, kita
memang harus lebih berhati-hati
apabila berhubungan dengan
Malaysia, dalam latihan bersama saja mereka menyesatkan data.
Rupanya tetap saja ada rasa
persaingan mereka,
kecemburuan, kurang jujur dan
selalu ada upaya memanfaatkan.
Kasus klaim budaya adalah contoh jelas agar kita harus
lebih waspada, kasus Sipadan
Ligitan adalah bukti bahwa kita
dikalahkan mereka di forum
internasional, kasus Ambalat
yang mereka serempet-serempet membuat kita tidak suka, belum
lagi kasus-kasus TKI yang
diperlakukan semena-mena. Dan
kita makin dibuat kesal karena
dua tokoh teroris yang
mengacak-acak kita juga berasal dari Malaysia. Disinilah
semestinya kita mengadakan
introspeksi, apa mereka yang
terlalu pintar atau kita yang
tidak pandai?. Malaysia selalu memandang
Indonesia sebagai rival yang
paling menakutkan baik dari segi
politis, militer dan geografis,
yang dianggap memelihara
pasukan besar diperbatasan. Mereka melakukan hal yang
lebih. Dari empat Divisi Tentera
Daratnya, yang masing-masing
Divisi terdiri dari dua Brigade,
dua dari empat divisi tersebut
ditempatkan disekitar teluk Malaya, sementara Divisi ke-3
bertugas untuk mempertahankan
wilayah Kalimantan Utara.
Hanya Divisi ke-4 yang bertugas
mempertahankan sekitar wilayah
Brunei. Itu artinya Malaysia selalu bersiap dan memandang
Indonesia sebagai ancaman. Indonesia negara yang cinta
damai, tidak memandang
Malaysia sebagai ancaman,
sebagai pengganggu mungkin
iya. Oleh karena itu, dengan
sudah turun gelanggangnya Bapak Presiden, kita semua
wajib juga memikirkan dengan
cermat tentang Malaysia ini,
agar kita tidak kecolongan lagi.
Kalau tidak mau diakali dan
dibodohi Malaysia, ya kita harus lebih pintar dari mereka,
berbuatlah, jangan hanya marah-
marah saja. Begitu bukan?.

0 komentar:

Posting Komentar

Dakuja © 2008 Template by:
SkinCorner